Ketika Gubernur Sulsel Bertamu ke Kantor KBN

Gubernur Sulawesi Selatan Nurdin Abdullah menjadi tamu istimewa di awal tahun 2019. Kedatangannya juga membawa kabar gembira; mengajak kerja sama kembangkan kawasan industri di sejumlah wilayah di Sulsel. PT. KBN (Persero) memiliki modal dan keahlian mengelola kawasan industri, Pemprov Sulsel siap bantu sediakan lahan puluhan ribu hektare.

________________

Pertemuan di ruang kerja Direktur Utama PT. KBN (Persero) H.M. Sattar Taba itu berlangsung hangat. Menyambut kedatangan orang nomor 1 di Sulawesi Selatan, Sattar Taba didampingi Direktur Keuangan Daly Mulyana dan Direktur Pengembangan Rahayu Ahmad Junaedi. Hadir pula beberapa Kepala Divisi. Pertemuan digelar di kantor pusat KBN, Cakung, Jakarta, pada Jumat, 11 Januari 2019.

”Kunjungan ini merupakan bagian dari upaya Sulawesi Selatan menarik minat calon investor,” kata Nurdin Abdullah, mantan Bupati Bantaeng yang sangat sukses sehingga dipercaya rakyat menjabat Gubernur Sulsel.

Dia menjelaskan, saat ini Sulawesi Selatan memang sedang gencar menjaring investor. Tidak hanya jajaran pemerintah provinsi, 24 bupati dan walikota di Sulsel juga aktif mencari investor untuk menanamkan modal di wilayah masing-masing. Dengan masuknya investor, perekonomian Sulsel akan maju pesat.

”Sulawesi Selatan potensinya sangat luar biasa. Pertumbuhan ekonominya 7 persen per tahun, di atas rata-rata nasional. Provinsi ini punya andil besar mendorong pertumbuhan ekonomi di kawasan timur Indonesia. Kalau investor banyak masuk ke Sulsel, perekonomian Indonesia bagian timur juga ikut terdongkrak,” katanya.

Salah satu potensi ekonomi yang ingin dikembangkan di Sulsel adalah kawasan industri. PT. Kawasan Berikat Nusantara (Persero) sebagai BUMN pengelola Kawasan industri terbesar di Indonesia menjadi tujuan utama sang gubernur baru. Ia ingin belajar bagaimana mengembangkan kawasan industri sekaligus mengajak perusahaan pelat merah ini melebarkan sayap ke Sulsel.

Direktur Utama PT. KBN (Persero) H.M. Sattar Taba menyambut baik ajakan Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah. Menurut Sattar Taba, lahan puluhan ribu hektar yang ditawarkan oleh Gubernur cukup menarik untuk dijajaki. Misalnya di Bantaeng 10.000 hektare, Palopo 5.000 hektar, dan di Takalar seluas 30.000 hektare.

”Sebagian lahan itu milik Pemerintah daerah dan sebagian lagi masih milik masyarakat. Tetapi harga tanah di sana masih murah. Jadi tidak sulit untuk pembebasan lahan. Kita juga akan dibantu oleh Pemerintah Provinsi dalam proses pembebasan lahan nanti,” jelas Sattar Taba.

PT. KBN (Persero) langsung bergerak dengan mengirim tim untuk meninjau langsung lokasi yang punya potensi dijadikan kawasan industri. Tim itu berangkat pekan ini. Sulawesi Selatan memang punya keunggulan untuk dijadikan kawasan industri. Karena punya pelabuhan besar di Makassar yang bisa langsung ekspor ke Jepang.

”Kalau pengiriman dari Makassar melalui Surabaya terus ke Jepang, waktu tempuh bisa mencapai 36 hari. Kalau langsung dari Makassar ke Jepang itu hanya 12 hari. Pengusaha yang punya bisnis ekspor pasti tertarik menanamkan modal pada kawasan industri di Sulsel,” ujar Sattar Taba. Sulawesi Selatan juga punya komoditas unggulan seperti cokelat, kopi dan rumput laut kualitas ekspor.

Tawaran kerja sama yang datang dari Gubernur Sulawesi Selatan Nurdin Abdullah ini sejalan dengan rencana PT. KBN (Persero) melebarkan sayap dengan membangun kawasan industri di luar Jakarta, bahkan di luar Pulau Jawa.

Dalam berbagai kesempatan, Direktur Pengembangan PT. KBN (Persero) Rahayu Ahmad Junaedi menyampaikan keinginan untuk me-Nusantara-kan KBN, karena saat ini KBN hanya berada di area Jakarta saja. Belum bisa dikatakan Nusantara, karena hanya meliputi wilayah Cakung, Marunda dan Priok.

KBN sedang mempelajari beberapa lokasi yang strategis untuk ekspansi keluar Jakarta. Mulai dari Sumatera Utara, Banten, Patimban (Subang, Jawa Barat), sejumlah daerah di Jawa Tengah, sampai Sulawesi Selatan.

KBN yang sudah berpengalaman puluhan tahun mengelola kawasan industri mencoba masuk dan menjadi mitra daerah. Didi, sapaan akrab Rahayu Ahmad Junaedi, menegaskan KBN tidak berambisi menjadi pemegang saham mayoritas, yang penting ada akses bisnis KBN di kawasan tersebut.

“Kita bisa petik pelajaran dari banyaknya investor KBN di Jakarta ini yang pindah ke luar kota karena mengejar upah yang lebih rendah. Kalau kita punya afiliasi dengan kawasan industri di daerah, yang kita juga punya andil di dalamnya, tentu akan saling menguntungkan. Investor yang sudah tidak kuat dengan upah tinggi di Jakarta, kita arahkan ke kawasan industri milik KBN di daerah,” kata Didi.

Yang perlu ditekankan di sini, lanjutnya, Pemerintah Daerah harus menyiapkan infrastruktur dasar, lahan yang cukup luas, serta kemudahan perizinan. Karena investor itu inginnya tinggal bawa koper, semua sudah disiapkan sehingga bisnis tinggal jalan.

”Investor rata-rata ingin karpet merah, tidak mau dibikin ribet ngurus dokumen dan perizinan yang rumit. Nah ini yang ingin saya berikan pemahaman kepada Pemerintah Daerah yang ingin bermitra. Pemda harus tahu bagaimana cara menangkap ikan, cara membangun daerahnya dengan mengembangkan kawasan industri,” jelas Didi.

Tidak jarang investor, khususnya dari luar negeri, hanya datang sekali melihat-lihat lahan, namun setelah itu tidak datang lagi. Itu karena mereka tak mau repot mengurus berbagai hal yang dianggap merepotkan dan bisa penuh ketidakpastian bisnis. Hal inilah yang harus diantisipasi.

Dengan semangat entrepreneurship yang dibawa oleh gubernur baru, PT. KBN (Persero) yakin Sulawesi Selatan siap membangun kawasan industri dan menyambut para investor yang akan menanamkan modalnya untuk kemajuan ekonomi masyarakat. (*)