Kisah Sukses H. Abdul Mutsri Jalil: Merawat Kepercayaan

Dalam dunia bisnis, kepercayaan sangat tinggi nilainya. Bahkan sering kali tak bisa dinilai dengan uang. Itulah yang dialami H. Abdul Mutsri Jalil. Bermodal kepercayaan, nasibnya berubah dari bukan siapa-siapa menjadi pengusaha sukses.

Pada tahun 1982, H. Abdul Mutsri Jalil hanya seorang pengawas pada proyek galian tanah. Bosnya punya beberapa proyek di Jakarta. Bertahun-tahun kerja di proyek, pria kelahiran Tangerang, 12 Juli 1964 ini dikenal rajin dan jujur.  

Peruntungannya berubah ketika daerah Tangerang mulai menjadi tempat favorite bagi para pengusaha untuk membuka pabrik. Di desa kelahirannya, yaitu Desa Sukadamai, Kecamatan Bitung, Kabupaten Tangerang mulai berdiri beberapa pabrik.

Pada 18 Agustus 1999, pria yang hanya lulusan SMP ini mendapat kepercayaan mengurus limbah pabrik. Inilah titik tolaknya sebagai pengusaha limbah.

”Yang diserahkan ke saya itu limbah kotor. Bisa dibilang sampah. Saya pilah-pilah mana yang bisa dijual,” kenang H. Abdul Mutsri Jalil. Dia tetap bersyukur meski hanya dipercaya mengurus sampah pabrik. Setiap kali jadwal mengangkut limbah, dia selalu bersihkan tempat pengumpulan limbah itu sehingga lingkungan pabrik tetap terlihat rapi dan bersih.

Pekerjaan H. Abdul Mutsri Jalil yang resik mengurus limbah rupanya mendapat perhatian dari manajemen pabrik. Bahkan dia sudah mulai kenal dengan pemilik pabrik. Kepercayaan yang diberikan kepadanya terus meningkat dari tahun ke tahun. Kini ia dipercaya mengurus limbah 24 pabrik, dari limbah kotor hingga yang berkualitas tinggi.

”Para pengusaha pabrik itu biasa berkumpul, saling berbagi pengalaman satu sama lain. Pemilik pabrik yang sudah kerja sama dengan saya kemudian merekomendasikan saya ke teman-temannya sesama pemilik pabrik. Jadi saya sekarang dipercaya mengurusi limbah 24 pabrik,” katanya.

Pada tahun 2002, seorang pemilik pabrik meminta bantuan kepadanya untuk menyediakan truk guna pengiriman rutin produknya ke daerah lain. Mulai saat itu H. Abdul Mutsri Jalil membuka usaha ekspedisi. Dengan modal 1 unit truk Cold Diesel.

”Datang lagi permintaan dari bos pabrik untuk pengiriman yang lebih besar. Butuh truk yang lebih besar lagi. Maka saya beli satu unit truk kontainer,” kisahnya. Kini, pria yang akrab disapa HBJ ini sudah memiliki 51 unit truk.

Order dari pabrik terus meningkat. Satu pabrik besar pengekspor kopi memintanya untuk menangani ekspedisi. Dengan berat hati H. Abdul Mutsri Jalil menolak. Bisnis ekspedisi memang menguntungkan, tapi juga sebanding dengan risikonya.

”Namanya kendaraan di jalan setiap hari, ada saja kejadian yang tak diharapkan. Misalnya nabrak, ditabrak, atau mogok. Semua harus ditangani dengan baik supaya pengiriman tidak terganggu, klien tetap puas. Kalau saya harus nambah puluhan truk lagi untuk melayani pengiriman produk kopi itu, dikhawatirkan layanan jadi kurang optimal,” jelasnya.

Sebagai antisipasi kecelakaan di jalan raya, HBJ membuka bengkel sendiri. Diisi tenaga-tenaga professional, bengkel itu bisa melayani perbaikan body maupun mesin. ”Kalau ada apa-apa di jalan, langsung diperbaiki di bengkel milik saya sendiri,” ujarnya.

Usaha H. Abdul Mutsri Jalil terus berkembang. Kini merambah bisnis penyediaan alat berat. Persisnya di tahun 2016. Sama seperti sebelumnya, usaha ini dibuka karena ada permintaan dari pemilik pabrik.

”Ada bos pabrik yang ingin buka pabrik baru. Minta bantuan saya untuk pengurugan lahannya. Mulailah saya membeli 1 unit backhoe dan 1 unit bulldozer,” jelasnya. Hingga saat ini HBJ sudah memiliki lebih dari 20 unit alat berat yang dipakai dalam berbagai proyek di Jabodetabek dan Banten.

Sukses tak membuat H. Abdul Mutsri Jalil lupa diri. Meski perusahaannya beromzet miliaran rupiah per bulan dan punya ratusan karyawan, penampilannya sederhana saja. Dia biasa ngopi lesehan bareng pegawainya di pool. Ayah tujuh anak itu jadi tempat mengadu kerabat dan tetangga yang lagi susah. Jadi bapak angkat anak-anak yatim. (*)